Aku tau
Di dunia ini, terkadang ada beberapa hal yang tak sejalan sesuai dengan kemauan kita
Tak sejalan dengan apa yang kita harapkan
Tak sejalan dengan apa yang semestinya berjalan
Termasuk tentang 'Cinta'
Tetapi..
..Tidak ada salahnya jika aku berharap bukan?
.
.
.
.
.
Langkah gadis itu terhenti, saat dirasakannya
kakinya memang sudah tak mampu lagi untuk melangkah. Bulir-bulir keringat jatuh
dari dahinya yang sedikit lebar.
Nafasnya terengah-engah, kedua matanya tertutup, menyembunyikan sepasang iris indah yang senada dengan batu emerald. Terlihat sang gadis sedang mengatur nafasnya, ia terduduk di bawah pohon yang sedikit rindang.
Nafasnya terengah-engah, kedua matanya tertutup, menyembunyikan sepasang iris indah yang senada dengan batu emerald. Terlihat sang gadis sedang mengatur nafasnya, ia terduduk di bawah pohon yang sedikit rindang.
“Ne,
Sakura, kau kenapa? Daijoubu ka?” terdengar
suara seorang laki-laki dari arah kanan gadis itu.
Kelopak
mata sang gadispun terbuka, memperlihatkan keindahan dari sepasang iris emerald yang menawan. Kemudian
dia menoleh ke arah suara tersebut. Terlihat seorang bocah laki-laki berumur
sekitar 8 tahunan dengan iris gelap sekelam malam.
“Iie, aku baik-baik saja Sasuke-kun.
Aku hanya lelah, kita beristirahat sebentar ya.” Jawab gadis yang diketahui
bernama Sakura itu.
“Hmm, baiklah. Aku juga sedikit
lelah.” Ujar bocah laki-laki yang diketahui bernama Sasuke itu sambil tersenyum
kecil
.
“Ne,ne, Sasuke-kun. Janji ya kita akan
selalu bermain bersama sampai nanti kalau kita sudah tumbuh dewasa.” Ucap Sakura riang sambil mengarahkan jari
kelingking mungilnya ke arah Sasuke.
“Hn, tentu saja Sakura. Aku berjanji.”
Jawab Sasuke sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Sakura.
“Asyiik.. Sakura sayang Sasuke-kun.”
Sorak Sakura sambil tertawa kecil.
Sasuke hanya menatap Sakura sambil
tersenyum lembut. Kemudian dia mengelus-elus rambut panjang merah muda Sakura.
“Baiklah, sekarang sudah sore.
Sebaiknya kita pulang, nanti kita dimarahi kaa-san kita.” Ucap Sasuke sambil
berdiri. Lalu dia mengulurkan tangannya ke arah Sakura.
“Ayo kita pulang.” Ulang Sasuke.
“Baiklaaaaaaaah..~ Ayo kita pulang.
Aku sudah lapaar” rengek Sakura sambil
menyambut tangan Sasuke. Lalu Ia mengamit lengan kiri Sasuke dan mensejajarkan
jalannya dengan Sasuke.
“Dasar kau ini.” Kekeh Sasuke sambil
mencubit pipi tembem Sakura. Sedangkan Sakura hanya cemberut, kemudian Ia ikut
tertawa bersama Sasuke.
.
.
.
.
.
Cahaya matahari menyeruak masuk ke
dalam melalui celah-celah gorden kamar yang bernuansa merah muda itu. Garis
miring transparan terang itu mengenai tubuh seorang gadis yang sedang terlelap
di dunia fantasinya. Seakan terganggu oleh kehadirannya, gadis itu pun kembali
ke dunia nyata. Kelopak mata gadis itu terbuka memamerkan sepasang iris menawan
yang senada dengan batu emerald. Tatapan gadis itu kosong, menandakan dia belum
sepenuhnya kembali ke dunia nyata. Kemudian gadis itu bangkit dari tidurnya, Ia
terduduk di kasur merah mudanya sembari mengusap-usap matanya. Setelah dirasa
cukup sadar, gadis itu beranjak mengambil handuk serta pakaian di sebuah lemari
putih di pojok kamar kemudian beranjak menuju sebuah ruangan yang ada di dalam
kamar itu.
Sudah rapi dengan seragam
Konoha Art International High School—kemeja putih, dasi hitam-merah dengan
motif kotak-kotak, rok lipat-lipat bermotif kotak-kotak hitam-merah 7 cm di
atas lutut, dan kaos kaki hitam sebatas bawah lutut—, gadis itu menyisir rambut
panjang merah mudanya dan menjepitkan hiasan rambut berbentuk bunga sakura.
Setelah mematut dirinya di depan cermin, memastikan penampilannya sudah
sempurna, ia mengambil jas berwana hitam dengan lambang Konoha Art
International High School di bagian kiri atas jas itu kemudian beranjak pergi
meninggalkan kamarnya itu menuju ke lantai bawah.
“Ohayou
kaa-san, tou-san, nii-san.” Sapa Sakura riang pada anggota keluarganya di ruang
makan.
“Ohayou
mo, Sakura-chan.” Balas tou-san dan kaa-san Sakura lembut.
“Yo
baka-imouto! Hari ini kau berangkat dengan siapa? Aku bisa mengantarmu hari
ini.” Ucap Sasori—nama kakak Sakura— dengan semangat.
“Uum,
tidak usah Saso-nii. Aku berangkat dengan Sasuke-kun saja.” Sakura menarik
kursi di sebelah Sasori lalu mengambil sepotong roti dan mengolesinya dengan
selai strawberry.
“Oh
astaga Kami-sama. Adikku yang manis ini sudah dewasa rupanya.” Racau Sasori
sembari menyeringai menggoda ke arah Sakura.
“Ayolah
nii-san. Sasuke-kun ‘kan sahabatku. Lagipula hampir setiap hari aku memang
berangkat bersama dia ‘kan.” Ucap Sakura bosan sambil memutar bola matanya.
“Hmm, sahabat atau ada hubungan lebih,eh?” Kerling
Sasori sambil mencolek dagu Sakura. Terlihat garis-garis merah samar di pipi
Sakura. “Aniiki.. Jangan menggodaku. Tentu saja Sasuke-kun itu sahabatku.”
Sakura memukul bahu kiri Sasori. Sedangkan Sasori hanya tertawa puas karena
berhasil menggoda adiknya yang manis itu.
“Sudahlah,
kalian berdua ini. Habiskan sarapan kalian dengan tenang. Nanti kalian bisa
tersedak.” Terdengar suara lembut yang berasal dari nyonya Haruno sambil
mengelus puncak kepala kedua anaknya itu. “Dengarkan kaa-san, Saso-nii.” Ejek
Sakura sambil menjulurkan lidahnya keluar. “Cih, baiklah kaa-san.” Ujar Sasori sambil
memajukan kedua bibirnya. Sedangkan Sakura tersenyum puas karena bisa membalas
kakaknya itu. Satu sama,eh?
Setelah
menghabiskan sarapannya, Sakura pamit pada tou-san, kaa-san, dan nii-sannya.
Kemudian ia memakai sepatunya dan beranjak keluar rumahnya. Ia berjalan menuju
rumah dengan papan nama Uchiha yang terletak di samping rumahnya. Di rumah itu
terlihat Sasuke yang sedang memasang sepatu di kaki kirinya. Penampilan Sasuke
tidak jauh berbeda dengan Sakura—Kemeja putih, dasi merah dengan motif
kotak-kotak, dan celana panjang hitam, ditambah dengan jas berwarna hitam yang
disampirkan di pundak kanannya yang menambah kesan keren pada Sasuke. Menyadari
kehadiran seseorang, iapun mendongakkan kepalanya.
“Ohayou
Sasuke-kun.” Sapa Sakura riang sambil melambaikan tangannya ke arah Sasuke.
“Ohayou
mo, Sakura.” Balas Sasuke sambil tersenyum kecil. Sakura hanya tersenyum
lembut, iris emeraldnya sayu memandang teduh Sasuke. Kemudian ia duduk di
samping Sasuke.
Setelah
selesai memakai sepatunya, Sasuke bangkit dari duduknya dan menjulurkan tangan
kanannya ke arah Sakura. “Hn, ayo berangkat.” Ucap Sasuke. Tangan mungil Sakura
menerima juluran tangan besar Sasuke, dan bangkit dari posisi awalnya. “Yap,
Ayo kita berangkaaat~.” Seru Sakura riang sambil mengangkat tangan kirinya ke
udara. Sasuke hanya tersenyum melihat tingkah Sakura. Kemudian mereka berjalan
beriringan menuju ke tempat di mana mereka menuntut ilmu.
Jarak
antara rumah Sakura dan Sasuke dengan KAIHS –Konoha Art International High
School— hanya sekitar 1,5 km. Walaupun berasal dari keluarga yang –amat sangat—
berkecukupan, mereka berdua lebih memilih untuk berjalan kaki dibanding diantar
oleh supir pribadi keluarga mereka.
Dalam
perjalanan menuju sekolah, mereka bersenda gurau bersama. Terlihat Sasuke yang
sedang mencubit pipi Sakura, yang menyebabkan gadis merah muda itu
mengerucutkan bibir mungilnya dan mengembungkan kedua pipinya. Kemudian Sasuke
terkekeh pelan sambil mengacak-acak rambut merah muda Sakura dengan gemas, tak
lama akhirnya gadis manis itu ikut tertawa bersama Sasuke dan mengamit lengan
kanan Sasuke dengan manja.
Berpasang-pasang
bola mata menuju ke arah mereka, berbagai jenis macam tatapan ditunjukkan ke
arah mereka. Mulai dari tatapan dengan pandangan lucu, lembut, iri, ataupun
sekedar sekilas melihat. Adapula diantara mereka yang ikut tertawa atau
tersenyum melihat kelakuan mereka berdua, dan tidak sedikit pula yang menatap
mereka dengan pandangan iri.
Tentu
saja, siapa yang tidak iri dengan mereka berdua. Sasuke Uchiha, pewaris Uchiha
Cooperation yang merupakan perusahaan terkenal di seantero Jepang, di tambah
dengan penampilan fisiknya yang bisa dibilang hampir sempurna itu. Pemuda
berperawakan tinggi dengan tubuh atletis terawat. Oh, jangan lewatkan bagian
mata pemuda itu, Mata yang senada dengan gelapnya malam dan menawan. Bisa
dipastikan, semua wanita akan gugup dan berdebar-debar, walau hanya barang
sekejap onyx itu mengarah pada mereka. Wajahnya? Semua orang—normal—pun tak
habis pikir, kenapa Tuhan menciptakan pemuda sesempurna ini. Ok, ini berlebihan.
Tapi, memang inilah kenyataannya.
Rambutnya
yang bewarna raven. Rambut berpotongan emo dengan gaya mencuat pada bagian
belakangnya. Aneh? Tapi pemuda itu sangat amat tampan dengan model rambut itu. Raut
wajah datar yang menawan, keras namun tenang. Hampir semua orang menyangka
pemuda ini tak punya stok raut lain selain datar dan datar. Sedatar apapun, tapi
entah mengapa tetap saja tampan. Tapi sesekali ia akan menunjukan ekspresi
lainnya, namun raut istimewa itu hanya ia tunjukkan kepada orang-orang yang ia
anggap istimewa, mohon digaris bawahi I-S-T-I-M-E-W-A. Jadi, Siapa yang tidak
akan kagum dengan pria di samping gadis merah muda ini?
Sedangkan
si gadis yang berada di sebelah pria itu, Sakura Haruno, putri bungsu dari
pemilik Haruno Cooperation, salah satu perusahaan di Jepang yang tidak kalah
tenarnya dengan Uchiha Cooperation. Dengan ciri perawakan mungil yang menambah
kesan imut pada gadis itu. Kemudian warna rambutnya yang tidak lazim, yaitu merah
muda. Ya, memang sangat aneh, tetapi gadis itu sangat manis dengan rambut merah
muda panjangnya yang lembut dan terawat itu. Lalu beralih pada wajah si gadis,
sepasang iris senada dengan emerald yang menawan ditambah dengan tatapan polos
dan lembut dari gadis itu, membuat siapa saja yang menatapnya terhisap ke dalam
kedua iris indah menyejukkan itu yang membuat si penatap merasa damai. Ditambah
dengan bulu mata lentik yang menambah nilai keindahan sepasang mata gadis itu.
Kulit
putihnya bak porselen tanpa bekas luka sedikit pun, membuat gadis itu bersinar.
Hidungnya yang mungil namun mancung menambah point imut gadis itu. Kemudian
sepasang bibir mungil bewarna merah muda alami yang membuat gadis itu makin
terlihat cantik. Badannya yang mungil namun proposional. Ya, walaupun tinggi
gadis itu hanya sebatas bahu pria di sampingnya, tetapi untuk ukuran seorang
wanita, gadis itu termasuk gadis yang tinggi.
Pasangan
yang serasi bukan? Namun sangat disayangkan, mereka hanyalah sepasang sahabat
kecil. Tidak lebih. Orang-orang yang tidak mengenal mereka pasti mengira mereka
adalah sepasang kekasih karena kedekatan mereka berdua.
Setelah
sekitar 25 menit mereka berjalan, akhirnya pintu gerbang megah KAIHS terlihat.
Salah satu sekolah terkenal di Jepang, yang bukan sembarang anak yang bisa
menuntut ilmu di sekolah itu. Sakura dan Sasuke masih setia berjalan
beriringan, di perjalanan menuju kelas X-1—kelas mereka berdua— banyak anak
yang menyapa mereka, Sakura menyapanya dengan riang kadang juga lembut,
sedangkan Sasuke tidak membalas sapaan mereka. Hanya beberapa anak saja yang ia
balas sapaannya, itu juga hanya dengan kalimat “hn”. Uum, aku tahu, itu tidak
pantas disebut kalimat. Itu hanya gumaman. Tetapi banyak pula yang hanya
menatap mereka dengan pandangan iri ataupun tidak suka. Tentu saja, di mana ada
pro di sana ada kontra. Beberapa anak membenci kedekatan salah satu pangeran
dan putri sekolah itu. Seperti para fans fanatik Sasuke yang tidak menyukai
Sakura, begitu pula beberapa fans Sakura yang tidak menyukai Sasuke. Entahlah,
ini rumit.
Letak
kelas X-1 berada di lantai 2, setelah sampai di depan kelas mereka, Sasuke
membukakan pintu dan membiarkan Sakura memasuki kelas terlebih dahulu.
“Ohayou
minna-san.” Sapa sakura riang pada teman-teman sekelasnya yang sudah datang.
Sedangkan Sasuke hanya diam dan pergi menuju bangkunya yang terletak di baris
ketiga dekat jendela.
“Ohayou,
forehead.” Sapa riang seorang gadis cantik berambut blonde dengan kuncir model
ponytail dengan iris mata yqng senada dengan langit kepada Sakura.
“Ohayou
mo, Ino-pig.” Balas Sakura sambil memamerkan senyum 3 jarinya pada gadis yang
dipanggil Ino itu. Sakura mendudukkan dirinya di bangku samping gadis itu, dan
berada di depan bangku Sasuke.
“Semakin
mesra dengan si pangeran es, eh?” Bisik Ino di telinga kanan Sakura sambil
menyikut pinggang Sakura. Sakura hanya merona mendengar bisikan Ino.
“A-apa
yang kau bicarakan Ino? Sa-Sasuke-kun ‘kan hanya sahabatku.” Gagap Sakura
dengan wajah yang memerah, menambah kesan manis pada wajah gadis merah muda
itu.
“Ayolah
Saki, aku tau kau menyukainya. Aku adalah sahabat dari sekolah dasarmu bukan?
Kau tidak bisa berbohong padaku.” Goda Ino pada Sakura.
“Ti-tidak,
itu tidak benar. Aku hanya menganggap Sasuke-kun sahabatku. Lagipula, Sasuke-kun juga
tidak menyukaiku.” Wajah merona Sakura berganti dengan raut wajah sedih,
terpancar kesedihan dari kedua iris matanya.
“Apa yang
kau bicarakan? Kau ini ada-ada saja. Sudah jelas ia juga menyukaimu, lihat
perlakuannya padamu.” Ucap Ino sedikit keras. Sakura langsung menginjak kaki
Ino, yang menyebabkan Ino meringis kesakitan.
“Pelankan
suaramu Pig, bisa-bisa Sasuke-kun mendengar kita.” Bisik Sakura. Sedangkan Ino
hanya memutar kedua bola matanya bosan. “Pangeranmu sedang mendengarkan musik
melalui headsetnya, dan musiknya pun terdengar sampai telingaku. Mana mungkin
ia bisa mendengar kita baka.” Ucap Ino bosan.
“Tapi
‘kan ada kemungkinan ia bisa mendengar kita.” Elak Sakura tidak mau kalah.
“Baiklah,
terserah kau saja. Dan apa maksud ucapanmu tadi?” Tanya Ino mengakhiri
perdebatan konyol mereka.
“Uum,
entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja, tapi perasaanku mengatakan kalau
Sasuke-kun menyukai Hinata-chan. Aku sahabatnya sejak ia masih belum bisa
merangkak, dan aku tahu, cara Sasuke-kun menatap Hinata-chan berbeda dari
biasanya. Tatapannya lebih lembut dan hangat. Ia juga cukup dekat dengan
Hinata-chan, padahal setauku dari Taman Kanak-kanak sampai sekarang ia tidak
begitu suka berdekatan dengan perempuan selain aku. Ia juga sering
memperhatikan Hinata-chan dan bertanya-tanya mengenai Hinata-chan padaku.” Ucap
Sakura panjang lebar, tatapan matanya kosong. Matanya memancarkan kesedihan
dan.. kehilangan? Mengapa gadis merah muda ini merasa kehilangan? Hinata
Hyuuga, putri tunggal pemilik Hyuuga cooperation. Salah satu putri di KAIHS
yang terkenal dengan kecantikan dan keanggunannya, yang mendiami kelas X-2.
Melihat sahabatnya seperti itu, Ino segera mengalihkan pembicaraan mereka.
“Oh,
ayolah Saki. Sasuke juga memandangmu seperti itu, lagipula semua murid di
sekolah ini tau, putri Hyuuga itu menyukai Naruto. Sudahlah, jangan
berprasangka buruk dulu.. eh,eh, kau tau tidak? Katanya ada murid pindahan dari
Suna yang akan masuk ke kelas ini lho. Menurut kabar, ia laki-laki dan
mempunyai wajah yang tampan.” Celoteh Ino panjang lebar, Ino merupakan tipe
gadis supel dan cerewet, Ia juga dijuluki ‘Ratu Gosip’ oleh teman-teman
seangkatannya, karena gadis yang mirip seperti boneka barbie itu selalu up to
date dan tidak pernah ketinggalan berita.
“Hmm, aku
tidak tahu dan tidak mau tahu. Aku tidak tertarik. Kau juga pig, jangan lupa
dengan Sai-mu itu.” Ujar Sakura bosan sambil mengutak-atik ponselnya dan
menopang kepalanya dengan tangan kirinya.
“Cih,
tentu saja. Aku tidak akan berpaling dari Sai-kun ku tercinta.” Ujar Ino dengan
mata yang memancarkan aura-aura positif. Tiba-tiba pintu kelas X-1 dibanting
seseorang dan tak lama setelah bunyi pintu yang menghantam dindingpun terdengar
suara cempreng yang berasal dari pria berkulit tan dengan rambut pirang dan
iris yang senada dengan batu sapphire.
“OHAYOU
MINNA-SAN~” Seru pemuda itu. Murid-murid sekelas hanya dapat
menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah pemuda yang biasa dipanggil Naruto
itu. Ya, Uzumaki Naruto. Namun, beberapa anak ada juga yang membalas sapaan
Naruto.
“Ne,
Ohayou Sakura-chan, Ino, Teme.” Sapa
riang Naruto pada Sakura, Ino, dan Sasuke. Kemudian pemuda tan itu
menghempaskan bokongnya di bangku sebelah Sasuke dan di belakang Ino.
“Kau
selalu berulah di pagi hari Naruto.” Ujar Ino sambil memutar kedua bola
matanya.
“Ohayou
mo, Naruto.” Balas Sakura dengan riang.
“Cih, kau
berisik sekali dobe.” Ucap Sasuke datar.
“Oh
Kami-sama, kalian berdua jahat sekali. Hanya Sakura-chan saja yang baik padaku.
Huhuu.” Ucap Naruto sambil berpura-pura menangis. Saat Ia hendak memeluk
Sakura, dengan sigap tangan Sasuke menghalangi pergerakan Naruto.
“Berhenti
bersikap berlebihan, dobe.” Ujar Sasuke datar namun terlihat garis perempatan
di dahinya. Sepertinya pangeran satu ini sedikit emosi,eh?
“Kau
jahat sekali, teme.” Ucap Naruto sambil mengerucutkan bibirnya. Melihat tingkah
Naruto, Sasuke dan Ino hanya memutar bola mata bosan, sedangkan Sakura terkikik
geli melihat tingkah sahabat-sahabat mereka. Melihat Sakura yang tertawa—lebih
tepatnya terkikik— , Sasuke, Ino, dan Naruto akhirnya ikut tersenyum kecil.
Entah mengapa, mereka sangat menyukai tawa Sakura. Melihat Sakura bahagia entah
ada suatu hal abstrak yang menyebabkan hati mereka tenang, damai, dan ikut
bahagia. Ino menyayangi Sakura seperti adik kecilnya sendiri, karena sikap
Sakura yang begitu polos dan terlalu naif akan kerasnya dunia, mereka juga
sahabat dari sekolah dasar. Sedangkan Sasuke? Entahlah pandangannya begitu
misterius; tidak dapat diartikan, seperti pemilik kedua bola matanya. Dan
Naruto? Hmm, pandangan pemuda tan ini juga tidak dapat diartikan, tatapannya
terlihat melembut dan hangat. Sorotan matanya tegas seakan ingin melindungi
gadis manis itu. Entahlah. Tatapan kedua pemuda ini sangat rumit.
.
.
.
.
.
.
.
.