Don’t get serious about anything
Then you won’t get hurt either
.
.
.
“Hiks... mmh.. hiks.”
Terdengar suara isak tangis dari gadis kecil berambut merah muda yang sedang
terduduk dengan lutut tertekuk di pojok ruangan yang bernuansa putih dengan
aroma obat yang menguar di sekeliling kamar itu.
“Kau kenapa?” Tanya
seorang bocah laki-laki yang berumur sekitar 6 tahunan pada gadis kecil
tersebut. Bocah laki-laki itu berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan si
gadis kecil.
“Uu..ukh..hiks..”
perlahan-lahan gadis itu mendongakkan kepalanya, terlihat kedua bola mata
dengan iris emeraldnya terus mengeluarkan bulir-bulir bening yang mengalir
sampai dagunya.
“H..hiks.. Kaa-san su..sudah tidak sayang sa..sama Sakura lagi..i.. hiks” Ucap gadis kecil itu terisak-isak.
“H..hiks.. Kaa-san su..sudah tidak sayang sa..sama Sakura lagi..i.. hiks” Ucap gadis kecil itu terisak-isak.
“Dari mana kau tahu kalau
orang tuamu tidak menyayangimu lagi?” Tanya bocah laki-laki berambut raven
itu lagi.
“Tapi kaa-san.. dia tidak
mau melihat Sakura, dan sekalipun ia datang.. dia mengatakan bahwa dia tidak
menginginkanku .. itu menggangguku..” Jawab gadis itu sambil masih
sesenggukan.
“Hmm.. Sudahlah, jangan
menangis terus. Nanti kau tidak sembuh-sembuh lho. Memang kau sakit apa?”
Tanya bocah laki-laki itu untuk kesekian kalinya. Bocah laki-laki itu
mengusap-usap puncak kepala si gadis kecil guna menenangkannya. Beberapa saat
kemudian, si gadis mulai terlihat lebih tenang dan berusaha untuk mengatur
nafasnya.
“Tidak tahu, Sakura sering
di rumah sakit. Kata bu dokter, kondisi tubuh Sakura lemah.” Jawab gadis
itu dengan suara serak. “Uum.. Namamu
siapa?” lagi-lagi bocah laki-laki itu bertanya pada gadis itu.
“Namaku Sakura, Haruno Sakura.
Kau?” Si gadis kecil itu balik bertanya pada bocah laki-laki itu.
“Namaku Sasuke, Uchiha
Sasuke. Salam kenal ya Sakura.” Ucap Sasuke sambil menjulurkan tangannya
pada Sakura.
“Uum, salam kenal juga
Sasuke.” Ujar Sakura tersenyum sembari menerima juluran tangan Sasuke.
Sasuke hanya membalas perkataan Sakura dengan anggukan kepala.
“Kenapa Sasuke ada di sini?
Sasuke sakit apa?” Tanya Sakura.
“Aku tidak sakit. Rumah
Sakit ini milik ayahku. Aku sering bermain ke sini setelah sekolah.” Jawab
Sasuke. Sakura hanya menganggukan kepalanya, tanda ia mengerti.
Tok tok tok
“Permisi, Sakura-chan
sekarang saatnya pemeriksaan.” Terdengar suara wanita yang muncul dari
balik pintu dengan menggunakan seragam perawat.
“Eh, Sasuke-sama. Maaf saya
tidak tahu bila Sasuke-sama ada di sini.” Ucap perawat itu.
“Tidak apa-apa Matsuri-nee.
Dan jangan panggil aku Sasuke-sama, cukup Sasuke saja.” Ujar Sasuke sambil
memasang senyum ramah.. yang.. err? Sedikit janggal? Atau lebih tepatnya,
palsu?
“Hahaha, Nee-san mengerti
Sasuke-kun. Pasti Fugaku-sama bangga mempunyai anak sepertimu, bahkan semua
orang menyukaimu. Anak yang manis.” Tawa Matsuri sambil mengacak-ngacak
rambut Sasuke. Sedangkan Sasuke tetap memasang senyum ramah itu di mukanya.
Setelah mengecek keadaan Sakura, Matsuri pamit pada Sakura dan
Sasuke. Sakura hanya diam, sedangkan Sasuke hanya mengangguk dengan tetap
mempertahankan senyumannya.
“Dengarkan, Jangan
menganggap serius tentang hal yang bersangkutan dengan orang dewasa dan cukup
menjadi anak baik saja.” Ujar Bocah laki-laki itu.
“Ngg? Tapi Sakura sudah
menjadi anak baik.” Ujar Sakura.
“Bukan itu
yang aku maksud.”
“?”
“Di dunia
ini, hanya menjadi anak baik itu tidak cukup. Kau harus berperan menjadi anak
baik yang disukai orang dewasa.”
“..”
“Jangan
pernah menganggap serius akan hal apapun, dengan begitu kita tidak akan merasa
tersakiti.”
“Eeeeh,
itu bagus! Aku juga ingin melakukan hal itu.” Ucap Gadis merah muda itu semangat.
“Tapi kau
bodoh.”
“Tidaaaak!
Aku bisa melakukannya. Aku akan menjadi sepertimu!”
“Baiklaah..
Berhenti berteriak.”
“Kalau
begitu, ayo kita berjanji tidak akan pernah menganggap serius, tidak terhadap
hal apapun.” Gadis merah muda itu menjulurkan jari kelingkingnya ke arah si
bocah raven, kemudian jari kelingking milik gadis itu disambut oleh jari
kelingking bocah laki-laki itu.
“Hn.”
“Mulai
sekarang kita adalah sahabat ya Sasuke-kun.” Riang gadis.
“Tentu
saja.” Balas Sasuke tersenyum sembari mengusap-usap puncak kepala Sakura
dengan tangannya yang bebas.
.
.
.
.
Sakura membuka matanya ketika ia merasakan sesuatu yang hangat
menyinari wajahnya. Gadis dengan rambut merah muda itu menggeliat di atas
kasurnya. Ia pun menutup wajahnya dengan selimut dan menutup matanya, berusaha
untuk kembali tidur. Tapi, belum sampai 3 menit gadis merah muda itu kembali
terbangun.
Gadis bersurai merah muda panjang itu mengucek kedua matanya.
Dengan kantuk yang masih mereda, ia pun bangkit dari tidurnya. Kedua matanya
mengerjap-kerjap, mencari kesadaran yang masih belum terkumpul seluruhnya.
Setelah dirasa kesadarannya sudah cukup kembali, Sakura berjalan
gontai ke arah sebuah lemari putih di sudut ruangan yang bernuansa merah muda
itu. Setelah selesai mengambil keperluannya, gadis itu beranjak menuju kamar
mandi yang terletak di dalam kamar merah muda itu. Beberapa menit kemudian,
terdengar dengan samar suara air yang jatuh dari shower di dalam kamar mandi.
Sudah rapi dengan seragam musim panas Konoha International High
School –kemeja putih lengan pendek dengan lambang sekolah di bagian dada kiri,
Dasi dengan motif kotak-kotak merah-hitam, rok lipas dengan motif sama dengan
dasi 7 cm di atas lutut, kaos kaki hitam sepanjang bawah lutut—di tambah dengan
jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan kiri gadis itu. Rambut
merah muda panjangnya, Ia ikat tinggi dengan sedikit ikal di bagian bawahnya. Setelah mematut dirinya di depan cermin, memastikan
penampilannya sudah sempurna, ia kemudian beranjak pergi meninggalkan kamarnya
itu menuju ke lantai bawah.
“Ohayou Sakura-sama.” Sapa seorang pelayan wanita
pada Sakura.
“Sudah berapa kali kubilang jangan panggil aku
Sakura-sama Ayame-nee, Cukup Sakura saja. Lagipula tidak ada tou-san di sini”
Ucap Sakura dengan nada merajuk pada wanita itu.
“Uum, ta..tapi.. Khh~ Baiklah Sakura-chan.”
Pasrah wanita yang dipanggil Ayame. Sakura hanya terkikik geli.
“Mana tou-san? Bukankah seharusnya tadi malam Ia
sudah pulang?”
“Memang benar, Kizashi-sama sudah pulang tadi
malam sekitar pukul setengah 12. Tapi pagi tadi, Kizashi-sama pergi lagi ke
Suna untuk urusan bisnis.” Mendengar itu Sakura hanya tersenyum, tersenyum
miris lebih tepatnya.
“Oh, aku mengerti.” Ucap Sakura tersenyum.
“Sarapan sudah siap di meja makan nona.” Kata
seorang pelayan pada Sakura.
“Uum, tidak usah, aku bawa bento saja. Aku akan
makan di sekolah. Maafkan aku Yuki-nee” Ucap Sakura dengan senyum bersalah.
“Umm, baiklah. Tidak perlu meminta maaf nona.” Ujar Yuki sambil
tersenyum.
“Hai’ , Itekimasu minna..~” Seru Sakura riang, kemudian ia
beranjak pergi meninggalkan rumahnya.
Sakura berangkat ke sekolahnya dengan berjalan kaki, walaupun
berasal dari keluarga yang—amat sangat– berkecukupan, ia lebih suka bepergian
dengan berjalan kaki atau menggunakan bus maupun kereta, yang menyebabkan
Kabuto—ketua pelayan di keluarga Haruno— cemas mengingat kondisi tubuh putri
Haruno yang sedikit lemah. Di sepanjang perjalanan, banyak, bahkan hampir semua
tetangga ataupun orang berjualan menyapa Sakura dan di balas Sakura dengan
ceria. Haruno Sakura, putri tunggal dari pasangan Kizashi Haruno dan Mebuki
Haruno yang telah bercerai. Kizashi, pemilik Haruno Cooperation yang merupakan
perusahaan tenar seantero Jepang. Sakura terkenal dengan keramahan, kebaikan,
kepolosan, keanggunan, dan kecantikannya oleh orang-orang di sekitar gadis
merah muda itu. Di tambah dengan sifatnya yang ceria, dan tatapan matanya yang meneduhkan
menyebabkan orang-orang di sekitarnya nyaman dan makin menyukainya.
Saat sampai di persimpangan, tiba-tiba Sakura menambah kecepatan
berjalannya dan berjalan menuju ke arah pemuda berambut ravenmencuat ke
belakang yang tengah berdiri di sudut jalan di samping tiang listrik.
“Hei!” Seru Sakura riang sambil menepuk pundak pemuda raven itu.
Pemuda raven itu sedikit terkejut dengan kedatangan Sakura. Kemudian ia
membalas sapaan Sakura dengan tersenyum kecil.
“Sudah lama menunggu Sasuke-kun?
Tumben kau datang cepat.” Ucap Sakura.
“Hmm, aku datang sekitar 10 menit yang lalu. Tadi aku bangun
kepagian.” Jawab pemuda yang dipanggil Sasuke itu.
Sasuke Uchiha, putra bungsu pemillik Rumah Sakit Umum Konoha—Rumah
Sakit terbesar di Konoha— merupakan sahabat Sakura sejak kecil. Pemuda dengan
wajah yang setara dengan Dewa Narcissus ini, juga mempunyai sifat yang hampir
sama dengan Sakura. Baik, ramah, tegas, dapat diberi kepercayaan, dan juga
bertanggung jawab. Pemuda tampan ini, merupakan ketua OSIS di KIHS. Setiap hari
Sasuke ataupun Sakura akan menunggu di persimpangan dekat cafe Himawari, untuk
berangkat bersama.
“Oh, maaf membuatmu menunggu.” Ucap Sakura dengan menundukkan
kepalanya.
“Tidak apa-apa Sakura, hanya 10 menit juga ‘kan? Ayo, berangkat
sekarang.” Ujar Sasuke sambil mengusap puncak kepala Sakura, kemudia ia
menarik—menggandeng— tangan mungil Sakura.
“Yap! Ayo berangkaaat~” Seru Sakura riang, lalu ia sedikit berlari
kecil yang menyebabkan Sasuke harus menambah kecepatan berjalannya.
“Jangan berlari-lari Sakura. Nanti kau lelah.” Nasihat Sasuke.
Sakura tidak mendengarkan ucapan Sasuke, ia malah bersenandung kecil sembari
menyapa orang-orang yang dikenalnya.
Di perjalanan mereka berdua bercanda bersama, terlihat mereka
berdua sedang tertawa bersama. Tidak terasa,
akhirnya pintu gerbang megah KAIHS terlihat. Salah satu sekolah terkenal di
Jepang, yang bukan sembarang anak yang bisa menuntut ilmu di sekolah itu.
Mereka berdua merupakan murid kelas
X-2. Dalam perjalanan menuju kelas mereka yang terletak di lantai 2, banyak
atau bahkan hampir seluruh murid dan guru menyapa atau sekedar tersenyum dengan
mengangguk pada mereka berdua, dan juga di balas oleh mereka.
Setelah sampai di depan kelas mereka,
Sasuke membukakan pintu dan membiarkan Sakura untuk masuk terlebih dahulu.
Mereka berdua menyapa teman-teman sekelas mereka dan langsung di balas
teman-teman sekelasnya. Terlihat menyenangkan sekali hidup mereka berdua,eh?
Sakura dan Sasuke duduk sebangku. Letak bangku mereka berdua
terdapat pada baris kedua dekat jendela. Setelah duduk, bangku mereka berdua
langsung ramai dikerumuni teman-teman mereka.
“Hei Sasuke, apa benar hari ini akan ada murid pindahan yang
pindah ke kelas ini?” Tanya pemuda berkulit tan dan berambut pirang.
“Hmm, iya. Ada 2 anak murid pindahan yang akan pindah ke kelas
ini.” Jawab Sasuke.
“Eeeh.. banyak sekali. Mereka pindahan dari mana Sasuke-kun?”
Terdengar suara lembut dari arah kanan Sasuke yang berasal dari Sakura.
“Kalau tidak salah mereka berdua pindahan dari Suna.” Jawab Sasuke
lagi. Selaku ketua OSIS, wajar apabila ia mengetahui tentang berita-berita di
sekolahnya.
“Eh,eh.. mereka berdua cewek cowok atau cowok semua? Atau bahkan
cewek semua?”
“Apa ada yang tampan tidak Sasuke-kun?”
“Aa, apa ada yang cantik Sasuke?”
Pertanyaan beruntun dari teman-temannya membuat Sasuke sedikit
bingung.
“Err, mereka perempuan dan laki-laki. Soal wajah dan hal lainnya
aku tidak tahu, aku hanya diberitahu hal itu oleh Kakashi-sensei.” Jelas
Sasuke.
Suasana kelaspun kembali ribut, Sasuke hanya membalas sapaan atau sekedar
mengobrol ringan dengan para fans-fans perempuannya dan juga teman-temannya.
Sedangkan Sakura, sedang sibuk mengobrol ria dengan 2 teman perempuannya. Yang
satu mempunyai rambut blonde dengan iris yang senada dengan lautan, dan satunya
berambut coklat yang dicepol 2 dengan iris yang senada dengan rambutnya.
.
.
Bel masuk pun berbunyi, tidak lama kemudian masuk seorang pemuda
berambut perak dengan iris yang senada dengan gelapnya malam.
“Ohayou minna..” Sapa pemuda itu pada murid-murid sekelas yang di
jawab oleh murid-murid X-2.
“Hari ini kelas kita mempunyai 2 anggota baru. Akasuna, Hyuuga
silahkan masuk.” Ucap Kakashi—nama pemuda itu; wali kelas X-2—
Pintu kelaspun kembali terbuka, seorang pemuda manis berwajah baby
face dengan warna rambut yang senada dengan darah memasuki kelas X-2 dengan
langkah tenang. Kemudian, diikuti oleh seorang gadis berambut Indigo dengan
iris mata bewarna lavender yang berjalan di belakang pemuda manis itu dengan
langkah anggun.
“Nah, silahkan perkenalkan diri kalian.” Ucap Kakashi pada mereka
berdua.
“Akasuna Sasori, Yoroshiku.” Ujar pemuda itu singkat yang diakhiri
dengan senyuman –amat sangat— manis yang membuat hampir seluruh gadis di
ruangan itu menahan napas dengan wajah yang merona merah dan berhasil membuat
sebagian murid laki-laki di kelas itu berdecak kesal melihatnya.
“Hajimemashite minna-san.” Ucap gadis itu dengan suara lembutnya,
sejenak ia menarik napas. Mata sebagian
pemuda di ruangan itu terpaku melihat ke arah gadis itu, sedangkan para gadis
melihat gadis lavender itu dengan tatapan tidak suka. Kemudian, gadis itu
melanjutkan ucapannya.
“Namaku Hinata Hyuuga, pindahan dari Suna Art International High
School. Senang bertemu dengan kalian, mohon bantuannya.” Lanjut gadis itu
dengan tersenyum lembut. Iris lavendernya memandang ke wajah teman-teman
barunya. Tepat saat kedua iris itu menangkap sosok gadis berambut merah muda,
tiba-tiba gadis yang terkesan lembut itu menyeringai sepersekian detik lalu
kembali memasang senyum lembutnya.
“Silahkan duduk di depan Sakura dan Sasuke. Sakura tolong angkat
tanganmu.” Pinta Kakashi pada Sakura. Sedangkan Sakura mengangkat tangan
kanannya dengan semangat, sepertinya ia menyukai kedua teman barunya itu.
Kemudian Sasori dan Hinata berjalan menuju ke arah bangku mereka. Sasori duduk
di depan Sakura, dan Hinata berada di depan Sasuke. Setelah duduk, Hinata
kembali menyeringai sembari memerhatikan Kakashi yang sedang menjelaskan di
depan kelas.
.
.
.
.
.
.
.
To
Be Continued