Artificiality
.
.
.
“Hinata-san, Salam kenal..
Namaku Haruno Sakura.” Ucap Sakura saat
Hinata membalikkan badan untuk mengambil buku di dalam tasnya.
“Ah, iya. Salam kenal Haruno-san. Cukup panggil Hinata saja.” Balas
Gadis beriris lavender itu disertai dengan senyuman lembutnya.
“Baiklah, Hinata-chan. Kau juga panggil aku Sakura saja. Kita berteman
yaa.” Ujar Sakura riang dengan kedua tangan yang terkepal di bawah dagunya.
“Tentu saja, Sakura-chan. Kita akan berteman baik.” Ucap Hinata serta
tersenyum, tunggu sebentar, ada yang janggal dengan senyuman gadis lembut itu.
Jika dilihat lebih detail lagi mungkin senyuman itu sedikit mengarah ke
seringai. Err, entahlah.
“Heh, mengapa kau menyeringai?” Terdengar suara baritone yang berasal
dari pemuda manis berambut merah yang berada di samping gadis lavender itu.
“Ne, apa yang kau maksud?” Hinata balik bertanya pada Sasori dengan
tatapan polos.
“Cih.” Decih Sasori.
“Ne,ne.. Akasuna-san. Aku Sakura, Haruno Sakura. Salam kenal.” Ucap Sakura
pada Sasori sambil menjulurkan tangannya ke arah Sasori.
“Hm, salam kenal juga Sakura. Cukup Sasori saja, kalau kau bersedia
‘Sasori-kun’ juga boleh.” Ucap Sasori sambil memasang senyum –yang amat sangat—
manis pada wajah baby facenya.
Wajah Sakura memerah, “Um.. I.. Iyaa. Kita berteman ya Sasori-kun.”
Ucap Sakura sambil tersenyum malu-malu. Sasori hanya tersenyum sebagai
balasannya.
“Ne, Hinata-chan, Sasori-kun, kenalkan dia Sasuke-kun. Ketua kelas X-2
di sini. Kalau perlu bantuan, serahkan saja padanya. Dia sangat hebat.” Ujar
Sakura semangat sambil menunjuk Sasuke.
Sasuke yang tadinya sedang memperhatikan penjelasan Kakashi, menolehkan
kepalanya ke arah Sakura. “Kau ini berlebihan sekali, Sakura. Hmm.. Salam kenal
Hyuuga-san, Akasuna-san. Mohon bantuannya.” Ucap Sasuke sambil mengelus puncak
kepala Sakura, lalu memberikan senyuman menawannya pada Hinata dan Sasori.
Hinata membalas perkataan Sasuke, sedangkan Sasori hanya bergumam.
“Maaf, untuk hari ini aku tidak bisa menemani kalian berdua berkeliling
sekolah. Aku ada urusan, Nanti biar Sakura yang menemani kalian sepulang
sekolah.” Ucap Sasuke. Sakura selaku wakil ketua kelas, tentu saja bertanggung
jawab untuk menggantikan tugas Sasuke bila Sasuke sedang ada keperluan. Sakura
menyahut dengan semangat. Mendengar itu, Bibir Hinata sedikit tertarik ke atas.
“Uum, maaf Sakura-chan. Tapi hari ini aku ada acara, mungkin
kapan-kapan saja aku berkeliling sekolah. Mungkin nanti aku bisa hapal
sendiri.” Terdengar suara lembut yang mengalun dari bibir gadis lavender itu.
“Baiklaah, tidak apa-apa Hinata-chan. Nanti aku mengantar Sasori-kun
saja.”
“Kalau begitu, besok aku bisa mengantarmu berkeliling sekolah. Besok
aku bebas, bagaimana denganmu?” Tawar Sasuke pada Hinata.
“Um, sepertinya bisa. Baiklah, Terima kasih Sasuke.” Ucap Hinata seraya
tersenyum.
.
.
.
.
.
Bel pulang sekolah pun terdengar. Sasuke yang sedang ada rapat OSIS
langsung pergi ke luar kelas setelah pamit pada Sakura. Sakura segera
membereskan barang-barangnya, karena setelah ini ia akan memperkenalkan
sekolahnya pada Sasori. Sasori yang telah selesai, menghampiri bangku Sakura
dan duduk di samping Sakura.
“Uum, Tunggu sebentar Sasori-kun. Aku lupa menaruh di mana buku
noteku.” Ucap Sakura. Jari telunjuknya ia letakkan pada bawah bibirnya memasang
pose berpikir.
“Buku inikah?” Tanya Sasori sambil menunjukkan buku dengan sampul
menara Eiffel bewarna hitam.
“Ah benar, ini dia. Ada di mana buku ini?” Ucap Sakura riang lalu
bertanya pada Sasori.
“Ini terjatuh di samping bangkuku. Cepatlah sedikit, nona lambat.” Ejek
Sasori sambil memukulkan note Sakura di puncak kepalanya lalu memberikan note
itu pada Sakura. Sakura hanya mendengus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“Kenapa bibirmu manyun begitu? Minta dicium ya?” Goda Sasori sambil
mencolek dagu Sakura.
Wajah Sakura memanas seketika, “Aargh.. Sasori-kuuun.. Berhenti
menggodaku. Ayo cepat kita berkeliling.” Teriak Sakura dengan wajah semerah
kepiting rebus. Kemudian tangan mungilnya menarik tangan Sasori untuk beranjak
dari bangku mereka.
“Sabar sedikit nona. Mukamu memerah begitu, Jangan-jangan kau memang ingin kucium ya?
Mengaku sajalah.” Goda Sasori sambil menyeringai ke arah Sakura.
Sakura menatap Sasori tajam dengan wajah yang masih memerah, “Diam.
Atau kau kugigit.” Ancam Sakura. “Astaga, kami-sama. Apa kau begitu bernafsu
padaku, sampai ingin menggigitku? Agresif sekali kau, Sakura-chan.” Goda Sasori
lagi. Mendengar itu, wajah Sakura semakin memerah, entah karena marah atau
malu.
“Aaaah.. Sasori-kun bodoooh.. Baka! Baka! Baka!.” Teriak Sakura sambil
memukul bahu kiri Sasori berkali-kali. Sasori yang berbadan atletis, baginya
pukulan Sakura tidak ada apa-apanya. Ia malah tertawa puas melihat ekspresi
Sakura yang menurutnya sangat menggemaskan itu.
“Hahahaha.. Iya-iya.. Ampun Sakura. Aku hanya bercanda.” Ujar Sasori sambil masih tertawa.
“Huh.” Sakura hanya mendengus kesal. Kemudian ia mempercepat langkahnya
meninggalkan Sasori di belakang. Sasori mengejar Sakura. Saat mereka hampir
sejajar, Sasori menarik lengan kanan Sakura, “Oh, ayolah Sakura. Maafkan aku,
aku hanya bercanda.” Ucap Sasori sambil menatap Sakura tepat di matanya. Sakura
yang merasa canggung akibat ditatap Sasori dengan tatapan dalamnya, kemudian
mengalihkan pandangannya.
“Ba..Baiklah. Tapi kau jangan menggodaku lagi.” Ucap Sakura sambil
menundukkan kepalanya. Mendengar itu Sasori tersenyum lega, kemudian Ia
mengelus-elus puncak kepala Sakura dengan tatapan melembut.
“Kalau bagitu, ayo kita lanjut berkeliling.” Ucap Sakura semangat
sambil tangan kirinya meninju udara ke atas. Sasori hanya menganggukan
kepalanya sambil tersenyum.
Mereka berdua melanjutkan acara ‘berkeliling sekolah’ dengan tujuan
memperkenalkan KAIHS pada Sasori, di perjalanan terlihat mereka berdua yang
saling bercanda bersama. Mereka sudah terlihat sangat akrab seperti kawan lama.
Terlihat sekarang Sakura yang sedang menarik tangan Sasori sambil berlari dan
tertawa, sedangkan Sasori hanya memperlebar jarak langkahnya yang juga sedang
tertawa.
Langit sudah mulai menggelap, jam yang melingkar di tangan Sasori sudah
menunjukkan pukul 05.23 pm. Di gerbang sekolah, terlihat Sasori dan Sakura yang
sedang berdiri di bawah pohon Sakura yang sedang tidak bersemi.
“Terimakasih untuk hari ini, hari ini sangat menyenangkan.” Ucap Sasori
sambil tersenyum lembut. Tangannya mengusap-usap rambut merah muda Sakura yang
lembut. Mungkin pemuda merah ini mempunyai hobby baru, yaitu mengelus rambut
panjang Sakura.
Sakura balas tersenyum ceria, “Tentu saja, aku juga sangat senang.
Tidak kusangkan, kau seru juga.” Ucap Sakura menggebu-gebu dengan kedua tangan
yang terkepal di depan dadanya.
“Hahaha, tentu saja, kau bercanda. Kau pulang dengan siapa?”
“Umm, Sasuke-kun sepertinya sudah pulang. Aku pulang sendiri saja,
kalau begitu.”
“Dijemput?” Tanya Sasori lagi
“Tidak, aku pulang berjalan kaki. Rumahku cukup dekat dari sini kok.”
Jawab Sakura riang.
“Kalau begitu, kau kuantar saja. Sudah sore, bahaya kalau kau pulang
sendirian.” Ajak Sasori.
“Tidak usah, Sasori-kun. Ini masih sore, bukan malam hari. Lagipula aku
bukan anak kecil.” Dengus Sakura.
“Tidak. Bagaimanapun juga, bahaya bila seorang gadis cantik berjalan
sendirian. Tidak peduli sore atau malam hari.”
Sakura sedikit tersipu mendengar ucapan Sasori, “Tapi aku punya banyak
tetangga, jadi aku akan aman-aman saja. Lagipula, aku tidak ingin merepotkanmu
Sasori-kun.” Ucap Sakura.
“Kalau kau kenapa-napa, malah itu yang merepotkan. Sudahlah, kau
kuantar saja. Tidak ada penolakkan. Kalau kau menolak, kau akan kucium. Tunggu
sebentar, aku ambil motorku dulu.” Ancam Sasori. Belum sempat Sakura menjawab,
pemuda itu sudah berlalu untuk mengambil motornya.
Tidak lama kemudian, Sasori datang dengan motor sportnya. Pemuda itu
berhenti tepat di hadapan Sakura.
“Ayo, cepat naik. Hari sudah semakin malam.” Ajak Sasori, sambil
menarik tangan Sakura,
“T..ta..tapi..”
“Tidak ada tapi-tapian.. Atau kau mau kucium.” Ancam Sasori, Mendengar
itu Sakura mendengus kesal. Dengan ogah-ogahan ia menaiki motor sport merah
milik Sasori.
“Pegangan yang kuat.” Ucap Sasori.
“Ya..Ya.. Tuan cerewet.” Sindir Sakura. Kemudian gadis merah muda itu
melingkarkan tangan mungilnya di pinggang Sasori.
“Nah, begitu dong. Jadilah gadis yang manis.” Kekeh Sasori. Kemudian
Sakura mencubit pinggang Sasori dengan keras, dan diakhiri dengan rintihan
kesakitan dari Sasori.
.
.
.
.
.
“Ohayou, sudah lama menunggu?” Terdengar suara yang berasal dari
baritone dari pemuda berambut raven mencuat .
Tersadar dari lamunannya, gadis merah muda itu pun mengalihkan
pandangannya ke arah sumber suara itu. Saat emerald dan onyx bertemu, Gadis
pemilik iris emerald itu tersenyum lembut. “Ohayou mo, Sasuke-kun. Tidak, aku
baru saja datang.” Ucap gadis itu dengan suara lembutnya.
“Hn, Baiklah. Ayo berangkat.” Ajak Sasuke seraya menarik tangan kanan
Sakura. Sakura hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
“Bagaimana harimu dengan bocah merah itu kemarin?” Tanya Sasuke memulai
pembicaraan antara mereka berdua.
“Bocah merah? Maksudmu Sasori-kun?” Tanya Sakura balik. Sasuke sedikit
mengerutkan keningnya dengan alis kiri yang sedikit terangkat. Kemudian Sasuke
menolehkan kepalanya ke arah Sakura, dan menatapnya dengan tatapan apa-kau-baik-baik-saja
milik Sasuke. Sakura yang bingung dengan Sasuke ikut mengerutkan keningnya,
menambah kesan imut pada wajah cantiknya.
“Kenapa? Apa ada yang salah?”
“Tentu, sejak kapan kau memanggil si bocah merah itu dengan suffiks
‘kun’? Apa saja yang kalian berdua lakukan kemarin?”
“Oh, Karena ia menyuruhku untuk memanggilnya seperti itu. Lagipula, ia
orangnya baik kok. Sasori-kun lucu, ia juga seru untuk dijadikan teman mengobrol.” Ucap Sakura
dengan semangat.
“Cih, kalian baru saja berkenalan, Sakura. Kau harus lebih
berhati-hati.” Ujar Sasuke.
“Baiklah..Baiklaah..~ Kau tenang saja, Sasuke-kun. Aku bisa menjaga
diriku sendiri kok.” Ucap Sakura seraya tersenyum lebar pada Sasuke. Sasuke
hanya tersenyum sambil bergumam, tangan mengacak-acak rambut merah muda Sakura.
Obrolan mereka pun berlanjut, diselingi dengan canda dan tawa di antara
mereka, akhirnya mereka telah sampai di kelas mereka.
.
.
.
.
Bel istirahat pun berbunyi, bagaikan simfoni dari surga. Murid-murid
KAIHS berhamburan keluar dari kelas mereka. Di salah satu ruangan di KAIHS,
tepatnya ruang kelas X-2. Terdapat sekitar 7 murid yang tersisa di dalam
ruangan itu.
“Ne, Sasuke. Bisakah kalau kita berkeliling sekolahnya sekarang saja?
Pulang sekolah nanti ternyata aku ada acara. Maafkan aku.” Terdengar suara yang
mengalun lembut dari sepasang bibir milik gadis beriris lavender.
Sasuke memasang raut berwajah berpikir, tidak lama kemudian ia menatap
Hinata, “Baiklah, aku bisa sekarang.” Ucap Sasuke. Hinata tersenyum senang. Ia
sedikit melirik ke arah Sakura.
“Kalau begitu ayo.” Ajak Hinata.
“Hn. Sakura, aku pergi mengantar Hinata dulu ya.” Pamit Sasuke pada
Sakura. Sakura hanya mengangguk sembari tersenyum kecil. Hinata dan Sasuke pun
beranjak meninggalkan kelas. Setelah sosok mereka berdua hilang, Sasori
membalikkan tubuhnya ke arah Sakura.
“Hei, apa kau tidak merasa ada sesuatu yang aneh dengan gadis Hyuuga
itu?” Tanya Sasori pada Sakura.
“Uum, apa yang salah dengan Hinata-chan? Ia gadis yang baik dan lembut
kok.” Jawab Sakura yang masih sibuk dengan game di ipadnya.
“Huh, kau tidak peka sama sekali. Kau terlalu polos untuk usiamu
sekarang.” Ucap Sasori sembari memutar kedua bola matanya.
“Memangnya apa yang aneh dengan Hinata-chan?” Tanya Sakura yang
akhirnya mengalihkan pandangannya dari gamenya dan menatap iris hazel Sasori.
“Tidakkah kau merasa kalau ia suka menatapmu dengan pandangan aneh?
Kadang ia juga menyeringai menatapmu.”
“Apa? Kau maksud Hinata-chan itu lesbi?” Ucap Sakura spontan dan
diakhiri dengan jitakan yang mendarat mulus di puncak kepala Sakura dari
Sasori. Sakura pun merintih kesakitan dan mengusap-usap puncak kepalanya dengan
tangan mungilnya.
“Ah maaf, secara reflek aku menjitakmu. Aku tidak sengaja. Hehe..”
Kekeh Sasori sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya pada Sakura.
“Huuuh, sakit tahu. Memangnya yang kau maksud apa?”
“Hm, bagaimana ya menjelaskannya? Kau itu polos sekali sih, rasanya aku
ingin menggigitmu. Intinya, sepertinya ia akan melakukan hal buruk terhadapmu.
Kau harus berhati-hati.”
“Uum, tidak mungkin. Hinata-chan ‘kan gadis yang baik. Sudahlah, aku
lapar. Temani aku ke kantin, Sasori-kun.” Ucap Sakura. Sasori menggaruk-garuk
kepalanya bingung kemudian ia menghela napas dan langsung menarik lengan Sakura
untuk beranjak dari bangku mereka.
.
.
Bel masuk telah berbunyi, tetapi Sasuke dan Hinata belum juga terlihat.
Bahkan Asuma-sensei sudah masuk ke kelas. Sakura menatap cemas ke arah bangku
Sasuke. Gadis itu khawatir, setahunya Sasuke tidak suka membolos jam pelajaran.
Sakura menghabiskan jam pelajaran sejarahnya dengan tidak tenang.
“Apakah Sasuke-kun tersesat?
Tidak. Tidak mungkin.. Itu konyol sekali, mana mungkin Sasuke-kun bisa tersesat
di dalam sekolah. Lalu kenapa? Apa terjadi hal buruk antara mereka berdua? Tapi
apaaa? Kami-samaaaaa.. mereka berdua ke mana?” Batin Sakura frustasi seraya menarik-narik
rambut merah mudanya.
Jam pelajaran sejarahpun selesai, Asuma-sensei keluar dari ruang kelas
X-2. Saat Asuma-sensei telah menghilang sepenuhnya, Sasori kembali membalikkan
badannya.
“Kau ini kenapa sih? Dari tadi berisik sekali. Bergumam tidak jelas,
menendang meja, bahkan kau menendang-nendang kursiku.” Dengus Sasori sambil
memajukan bibirnya. Astaga Kami-sama! Pemuda itu tampak begitu –amat sangat—
imut dengan raut wajah seperti itu. Gadis-gadis di kelas seketika membeku saat
melihat Sasori.
“Ngg, Sasori-kun... Sasuke-kun dan Hinata-chan pergi ke manaaa? Mereka
belum juga kembali.” Rengek Sakura pada Sasori. Mendengar itu, Sasori hanya
mendengus kesal.
“Cih, mungkin mereka tersambar petir saat berkeliling dan akhirnya
mati.” Jawab Sasori sekenanya. Dengan cepat Sakura langsung memukul lengan
Sasori.
“Sasori-kuuun.. Jangan bercanda. Aku
serius. Ayo temani aku mencari mereka.” Rengek Sakura lagi pada Sasori.
Tangan mungilnya menarik-narik ujung lengan seragam milik Sasori.
“Sudahlah. Sebentar lagi mereka juga pasti kembali. Tunggulah dengan
tenang.” Ucap Sasori seraya memutar kedua bola matanya.
“Tidak mauu.. aku tidak bisa tenang. Ayooooo~” Rengek Sakura—lagi—
Perdebatan antara Sakura dan Sasori pun terus berlanjut. Sampai
akhirnya terdengar suara pintu yang dibuka, keaadaan kelas pun hening
sementara.
“Lihat, mereka sudah kembali ‘kan.” Ucap Sasori pada Sakura. Sakura
hanya menghela napas lega. Terlihat di ujung pintu Sasuke dan Hinata sedang tertawa bersama, mereka berdua
berjalan beriringan menuju bangku mereka dengan masih melanjutkan obrolan
mereka.
Saat sudah duduk di bangku mereka tetap melanjutkan obrolannya.
Terkadang mereka akan tertawa bersama, bahkan Sasuke kadang mengacak-acak
rambut Hinata dan Hinata memukul pelan bahu Sasuke. Sakura yang sedari tadi
menatap Sasukepun diacuhkan oleh pemuda itu. Setiap Sakura ingin memanggil
Sasuke, tepatnya saat Sakura akan membuka mulut untuk mengeluarkan suaranya,
Hinata langsung mengajak Sasuke bicara sampai akhirnya mereka berdua asyik oleh
dunia mereka sendiri.
Sakura merasa ada sesuatu yang aneh dengan perasaannya. Entah, ia
sendiri juga bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Ia merasa sedih?
Kesepian? Atauu.. kehilangan? Tapi kenapa?. Bukankah semuanya baik-baik saja?
Sasuke hanya sedang mengobrol dengan Hinata dan pemuda itu juga...
-mengacuhkannya? Tidak, tidak.. ini hanya perasaan Sakura saja. Gadis merah
muda itu menggelengkan kepalanya sebentar, kemudian ia mengambil ipadnya dan
memainkannya. Membiarkan sahabat sejak kecilnya berbincang-bincang dengan gadis
lavender itu.
Melihat Sakura yang sudah menyerah untuk mengajak Sasuke bicara, gadis
dengan iris bak kolam mutiara itu pun menyeringai kecil sepersekian detik.
Kemudian ia melanjutkan obrolannya dengan Sasuke.
.
.
.
Takdir
yang mempertemukan kita
Juga
takdir yang mempertemukan kita dengan mereka
Semuanya
telah berjalan dengan apa yang semestinya terjadi
Tetapi..-
-akankah
takdir tega memisahkan kita berdua?
Apabila
memang sudah takdir kita untuk terpisah
Apakah
aku boleh berharap..-
-agar
kita selalu bersama?
.
.
.
To be Continued