Intros



Bienvenue sur mon blog!

There's alot of nostalgia here so bring along
your memory box as
I take you for a ride.


♥ ♥ ♥ ♥ ♥

♥Cherry's Pearl



Backsound by Dwitasari (@Dwitasaridwita) ♥



// Artificiality 2 Tuesday, 13 November 2012 | 09:19 | 0 comments


Artificiality 
.
.
.



 “Hinata-san, Salam kenal.. Namaku Haruno Sakura.”  Ucap Sakura saat Hinata membalikkan badan untuk mengambil buku di dalam tasnya.

“Ah, iya. Salam kenal Haruno-san. Cukup panggil Hinata saja.” Balas Gadis beriris lavender itu disertai dengan senyuman lembutnya.

“Baiklah, Hinata-chan. Kau juga panggil aku Sakura saja. Kita berteman yaa.” Ujar Sakura riang dengan kedua tangan yang terkepal di bawah dagunya.

“Tentu saja, Sakura-chan. Kita akan berteman baik.” Ucap Hinata serta tersenyum, tunggu sebentar, ada yang janggal dengan senyuman gadis lembut itu. Jika dilihat lebih detail lagi mungkin senyuman itu sedikit mengarah ke seringai. Err, entahlah.



“Heh, mengapa kau menyeringai?” Terdengar suara baritone yang berasal dari pemuda manis berambut merah yang berada di samping gadis lavender itu.

“Ne, apa yang kau maksud?” Hinata balik bertanya pada Sasori dengan tatapan polos.

“Cih.” Decih Sasori.

“Ne,ne.. Akasuna-san. Aku Sakura, Haruno Sakura. Salam kenal.” Ucap Sakura pada Sasori sambil menjulurkan tangannya ke arah Sasori.

“Hm, salam kenal juga Sakura. Cukup Sasori saja, kalau kau bersedia ‘Sasori-kun’ juga boleh.” Ucap Sasori sambil memasang senyum –yang amat sangat— manis pada wajah baby facenya.

Wajah Sakura memerah, “Um.. I.. Iyaa. Kita berteman ya Sasori-kun.” Ucap Sakura sambil tersenyum malu-malu. Sasori hanya tersenyum sebagai balasannya.

“Ne, Hinata-chan, Sasori-kun, kenalkan dia Sasuke-kun. Ketua kelas X-2 di sini. Kalau perlu bantuan, serahkan saja padanya. Dia sangat hebat.” Ujar Sakura semangat sambil menunjuk Sasuke.

Sasuke yang tadinya sedang memperhatikan penjelasan Kakashi, menolehkan kepalanya ke arah Sakura. “Kau ini berlebihan sekali, Sakura. Hmm.. Salam kenal Hyuuga-san, Akasuna-san. Mohon bantuannya.” Ucap Sasuke sambil mengelus puncak kepala Sakura, lalu memberikan senyuman menawannya pada Hinata dan Sasori.

Hinata membalas perkataan Sasuke, sedangkan Sasori hanya bergumam. “Maaf, untuk hari ini aku tidak bisa menemani kalian berdua berkeliling sekolah. Aku ada urusan, Nanti biar Sakura yang menemani kalian sepulang sekolah.” Ucap Sasuke. Sakura selaku wakil ketua kelas, tentu saja bertanggung jawab untuk menggantikan tugas Sasuke bila Sasuke sedang ada keperluan. Sakura menyahut dengan semangat. Mendengar itu, Bibir Hinata sedikit tertarik ke atas.

“Uum, maaf Sakura-chan. Tapi hari ini aku ada acara, mungkin kapan-kapan saja aku berkeliling sekolah. Mungkin nanti aku bisa hapal sendiri.” Terdengar suara lembut yang mengalun dari bibir gadis lavender itu.

“Baiklaah, tidak apa-apa Hinata-chan. Nanti aku mengantar Sasori-kun saja.”

“Kalau begitu, besok aku bisa mengantarmu berkeliling sekolah. Besok aku bebas, bagaimana denganmu?” Tawar Sasuke pada Hinata.
“Um, sepertinya bisa. Baiklah, Terima kasih Sasuke.” Ucap Hinata seraya tersenyum.

.

.

.

.

.


Bel pulang sekolah pun terdengar. Sasuke yang sedang ada rapat OSIS langsung pergi ke luar kelas setelah pamit pada Sakura. Sakura segera membereskan barang-barangnya, karena setelah ini ia akan memperkenalkan sekolahnya pada Sasori. Sasori yang telah selesai, menghampiri bangku Sakura dan duduk di samping Sakura.

“Uum, Tunggu sebentar Sasori-kun. Aku lupa menaruh di mana buku noteku.” Ucap Sakura. Jari telunjuknya ia letakkan pada bawah bibirnya memasang pose berpikir.

“Buku inikah?” Tanya Sasori sambil menunjukkan buku dengan sampul menara Eiffel bewarna hitam.

“Ah benar, ini dia. Ada di mana buku ini?” Ucap Sakura riang lalu bertanya pada Sasori.

“Ini terjatuh di samping bangkuku. Cepatlah sedikit, nona lambat.” Ejek Sasori sambil memukulkan note Sakura di puncak kepalanya lalu memberikan note itu pada Sakura. Sakura hanya mendengus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

“Kenapa bibirmu manyun begitu? Minta dicium ya?” Goda Sasori sambil mencolek dagu Sakura.

Wajah Sakura memanas seketika, “Aargh.. Sasori-kuuun.. Berhenti menggodaku. Ayo cepat kita berkeliling.” Teriak Sakura dengan wajah semerah kepiting rebus. Kemudian tangan mungilnya menarik tangan Sasori untuk beranjak dari bangku mereka.

“Sabar sedikit nona. Mukamu memerah begitu,  Jangan-jangan kau memang ingin kucium ya? Mengaku sajalah.” Goda Sasori sambil menyeringai ke arah Sakura.

Sakura menatap Sasori tajam dengan wajah yang masih memerah, “Diam. Atau kau kugigit.” Ancam Sakura. “Astaga, kami-sama. Apa kau begitu bernafsu padaku, sampai ingin menggigitku? Agresif sekali kau, Sakura-chan.” Goda Sasori lagi. Mendengar itu, wajah Sakura semakin memerah, entah karena marah atau malu.

“Aaaah.. Sasori-kun bodoooh.. Baka! Baka! Baka!.” Teriak Sakura sambil memukul bahu kiri Sasori berkali-kali. Sasori yang berbadan atletis, baginya pukulan Sakura tidak ada apa-apanya. Ia malah tertawa puas melihat ekspresi Sakura yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

“Hahahaha.. Iya-iya.. Ampun Sakura. Aku hanya bercanda.”  Ujar Sasori sambil masih tertawa.

“Huh.” Sakura hanya mendengus kesal. Kemudian ia mempercepat langkahnya meninggalkan Sasori di belakang. Sasori mengejar Sakura. Saat mereka hampir sejajar, Sasori menarik lengan kanan Sakura, “Oh, ayolah Sakura. Maafkan aku, aku hanya bercanda.” Ucap Sasori sambil menatap Sakura tepat di matanya. Sakura yang merasa canggung akibat ditatap Sasori dengan tatapan dalamnya, kemudian mengalihkan pandangannya.

“Ba..Baiklah. Tapi kau jangan menggodaku lagi.” Ucap Sakura sambil menundukkan kepalanya. Mendengar itu Sasori tersenyum lega, kemudian Ia mengelus-elus puncak kepala Sakura dengan tatapan melembut.

“Kalau bagitu, ayo kita lanjut berkeliling.” Ucap Sakura semangat sambil tangan kirinya meninju udara ke atas. Sasori hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

Mereka berdua melanjutkan acara ‘berkeliling sekolah’ dengan tujuan memperkenalkan KAIHS pada Sasori, di perjalanan terlihat mereka berdua yang saling bercanda bersama. Mereka sudah terlihat sangat akrab seperti kawan lama. Terlihat sekarang Sakura yang sedang menarik tangan Sasori sambil berlari dan tertawa, sedangkan Sasori hanya memperlebar jarak langkahnya yang juga sedang tertawa.

Langit sudah mulai menggelap, jam yang melingkar di tangan Sasori sudah menunjukkan pukul 05.23 pm. Di gerbang sekolah, terlihat Sasori dan Sakura yang sedang berdiri di bawah pohon Sakura yang sedang tidak bersemi.

“Terimakasih untuk hari ini, hari ini sangat menyenangkan.” Ucap Sasori sambil tersenyum lembut. Tangannya mengusap-usap rambut merah muda Sakura yang lembut. Mungkin pemuda merah ini mempunyai hobby baru, yaitu mengelus rambut panjang Sakura.

Sakura balas tersenyum ceria, “Tentu saja, aku juga sangat senang. Tidak kusangkan, kau seru juga.” Ucap Sakura menggebu-gebu dengan kedua tangan yang terkepal di depan dadanya.

“Hahaha, tentu saja, kau bercanda. Kau pulang dengan siapa?”

“Umm, Sasuke-kun sepertinya sudah pulang. Aku pulang sendiri saja, kalau begitu.”

“Dijemput?” Tanya Sasori lagi

“Tidak, aku pulang berjalan kaki. Rumahku cukup dekat dari sini kok.” Jawab Sakura riang.

“Kalau begitu, kau kuantar saja. Sudah sore, bahaya kalau kau pulang sendirian.” Ajak Sasori.

“Tidak usah, Sasori-kun. Ini masih sore, bukan malam hari. Lagipula aku bukan anak kecil.” Dengus Sakura.

“Tidak. Bagaimanapun juga, bahaya bila seorang gadis cantik berjalan sendirian. Tidak peduli sore atau malam hari.”

Sakura sedikit tersipu mendengar ucapan Sasori, “Tapi aku punya banyak tetangga, jadi aku akan aman-aman saja. Lagipula, aku tidak ingin merepotkanmu Sasori-kun.” Ucap Sakura.

“Kalau kau kenapa-napa, malah itu yang merepotkan. Sudahlah, kau kuantar saja. Tidak ada penolakkan. Kalau kau menolak, kau akan kucium. Tunggu sebentar, aku ambil motorku dulu.” Ancam Sasori. Belum sempat Sakura menjawab, pemuda itu sudah berlalu untuk mengambil motornya.
Tidak lama kemudian, Sasori datang dengan motor sportnya. Pemuda itu berhenti tepat di hadapan Sakura.

“Ayo, cepat naik. Hari sudah semakin malam.” Ajak Sasori, sambil menarik tangan Sakura,

“T..ta..tapi..”

“Tidak ada tapi-tapian.. Atau kau mau kucium.” Ancam Sasori, Mendengar itu Sakura mendengus kesal. Dengan ogah-ogahan ia menaiki motor sport merah milik Sasori.

“Pegangan yang kuat.” Ucap Sasori.

“Ya..Ya.. Tuan cerewet.” Sindir Sakura. Kemudian gadis merah muda itu melingkarkan tangan mungilnya di pinggang Sasori.

“Nah, begitu dong. Jadilah gadis yang manis.” Kekeh Sasori. Kemudian Sakura mencubit pinggang Sasori dengan keras, dan diakhiri dengan rintihan kesakitan dari Sasori.

.

.

.

.

.

“Ohayou, sudah lama menunggu?” Terdengar suara yang berasal dari baritone dari pemuda berambut raven mencuat .

Tersadar dari lamunannya, gadis merah muda itu pun mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara itu. Saat emerald dan onyx bertemu, Gadis pemilik iris emerald itu tersenyum lembut. “Ohayou mo, Sasuke-kun. Tidak, aku baru saja datang.” Ucap gadis itu dengan suara lembutnya.
“Hn, Baiklah. Ayo berangkat.” Ajak Sasuke seraya menarik tangan kanan Sakura. Sakura hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

“Bagaimana harimu dengan bocah merah itu kemarin?” Tanya Sasuke memulai pembicaraan antara mereka berdua.

“Bocah merah? Maksudmu Sasori-kun?” Tanya Sakura balik. Sasuke sedikit mengerutkan keningnya dengan alis kiri yang sedikit terangkat. Kemudian Sasuke menolehkan kepalanya ke arah Sakura, dan menatapnya dengan tatapan apa-kau-baik-baik-saja milik Sasuke. Sakura yang bingung dengan Sasuke ikut mengerutkan keningnya, menambah kesan imut pada wajah cantiknya.

“Kenapa? Apa ada yang salah?”

“Tentu, sejak kapan kau memanggil si bocah merah itu dengan suffiks ‘kun’? Apa saja yang kalian berdua lakukan kemarin?”

“Oh, Karena ia menyuruhku untuk memanggilnya seperti itu. Lagipula, ia orangnya baik kok. Sasori-kun lucu, ia juga seru  untuk dijadikan teman mengobrol.” Ucap Sakura dengan semangat.

“Cih, kalian baru saja berkenalan, Sakura. Kau harus lebih berhati-hati.” Ujar Sasuke.

“Baiklah..Baiklaah..~ Kau tenang saja, Sasuke-kun. Aku bisa menjaga diriku sendiri kok.” Ucap Sakura seraya tersenyum lebar pada Sasuke. Sasuke hanya tersenyum sambil bergumam, tangan mengacak-acak rambut merah muda Sakura.

Obrolan mereka pun berlanjut, diselingi dengan canda dan tawa di antara mereka, akhirnya mereka telah sampai di kelas mereka.

.

.

.

.

Bel istirahat pun berbunyi, bagaikan simfoni dari surga. Murid-murid KAIHS berhamburan keluar dari kelas mereka. Di salah satu ruangan di KAIHS, tepatnya ruang kelas X-2. Terdapat sekitar 7 murid yang tersisa di dalam ruangan itu.

“Ne, Sasuke. Bisakah kalau kita berkeliling sekolahnya sekarang saja? Pulang sekolah nanti ternyata aku ada acara. Maafkan aku.” Terdengar suara yang mengalun lembut dari sepasang bibir milik gadis beriris lavender.

Sasuke memasang raut berwajah berpikir, tidak lama kemudian ia menatap Hinata, “Baiklah, aku bisa sekarang.” Ucap Sasuke. Hinata tersenyum senang. Ia sedikit melirik ke arah Sakura.

“Kalau begitu ayo.” Ajak Hinata.

“Hn. Sakura, aku pergi mengantar Hinata dulu ya.” Pamit Sasuke pada Sakura. Sakura hanya mengangguk sembari tersenyum kecil. Hinata dan Sasuke pun beranjak meninggalkan kelas. Setelah sosok mereka berdua hilang, Sasori membalikkan tubuhnya ke arah Sakura.

“Hei, apa kau tidak merasa ada sesuatu yang aneh dengan gadis Hyuuga itu?” Tanya Sasori pada Sakura.

“Uum, apa yang salah dengan Hinata-chan? Ia gadis yang baik dan lembut kok.” Jawab Sakura yang masih sibuk dengan game di ipadnya.

“Huh, kau tidak peka sama sekali. Kau terlalu polos untuk usiamu sekarang.” Ucap Sasori sembari memutar kedua bola matanya.

“Memangnya apa yang aneh dengan Hinata-chan?” Tanya Sakura yang akhirnya mengalihkan pandangannya dari gamenya dan menatap iris hazel Sasori.

“Tidakkah kau merasa kalau ia suka menatapmu dengan pandangan aneh? Kadang ia juga menyeringai menatapmu.”

“Apa? Kau maksud Hinata-chan itu lesbi?” Ucap Sakura spontan dan diakhiri dengan jitakan yang mendarat mulus di puncak kepala Sakura dari Sasori. Sakura pun merintih kesakitan dan mengusap-usap puncak kepalanya dengan tangan mungilnya.

“Ah maaf, secara reflek aku menjitakmu. Aku tidak sengaja. Hehe..” Kekeh Sasori sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya pada Sakura.

“Huuuh, sakit tahu. Memangnya yang kau maksud apa?”

“Hm, bagaimana ya menjelaskannya? Kau itu polos sekali sih, rasanya aku ingin menggigitmu. Intinya, sepertinya ia akan melakukan hal buruk terhadapmu. Kau harus berhati-hati.”

“Uum, tidak mungkin. Hinata-chan ‘kan gadis yang baik. Sudahlah, aku lapar. Temani aku ke kantin, Sasori-kun.” Ucap Sakura. Sasori menggaruk-garuk kepalanya bingung kemudian ia menghela napas dan langsung menarik lengan Sakura untuk beranjak dari bangku mereka.

.

.

Bel masuk telah berbunyi, tetapi Sasuke dan Hinata belum juga terlihat. Bahkan Asuma-sensei sudah masuk ke kelas. Sakura menatap cemas ke arah bangku Sasuke. Gadis itu khawatir, setahunya Sasuke tidak suka membolos jam pelajaran. Sakura menghabiskan jam pelajaran sejarahnya dengan tidak tenang.

“Apakah Sasuke-kun tersesat? Tidak. Tidak mungkin.. Itu konyol sekali, mana mungkin Sasuke-kun bisa tersesat di dalam sekolah. Lalu kenapa? Apa terjadi hal buruk antara mereka berdua? Tapi apaaa? Kami-samaaaaa.. mereka berdua ke mana?”  Batin Sakura frustasi seraya menarik-narik rambut merah mudanya.

Jam pelajaran sejarahpun selesai, Asuma-sensei keluar dari ruang kelas X-2. Saat Asuma-sensei telah menghilang sepenuhnya, Sasori kembali membalikkan badannya.
“Kau ini kenapa sih? Dari tadi berisik sekali. Bergumam tidak jelas, menendang meja, bahkan kau menendang-nendang kursiku.” Dengus Sasori sambil memajukan bibirnya. Astaga Kami-sama! Pemuda itu tampak begitu –amat sangat— imut dengan raut wajah seperti itu. Gadis-gadis di kelas seketika membeku saat melihat Sasori.

“Ngg, Sasori-kun... Sasuke-kun dan Hinata-chan pergi ke manaaa? Mereka belum juga kembali.” Rengek Sakura pada Sasori. Mendengar itu, Sasori hanya mendengus kesal.

“Cih, mungkin mereka tersambar petir saat berkeliling dan akhirnya mati.” Jawab Sasori sekenanya. Dengan cepat Sakura langsung memukul lengan Sasori.

“Sasori-kuuun.. Jangan bercanda. Aku  serius. Ayo temani aku mencari mereka.” Rengek Sakura lagi pada Sasori. Tangan mungilnya menarik-narik ujung lengan seragam milik Sasori.

“Sudahlah. Sebentar lagi mereka juga pasti kembali. Tunggulah dengan tenang.” Ucap Sasori seraya memutar kedua bola matanya.

“Tidak mauu.. aku tidak bisa tenang. Ayooooo~” Rengek Sakura—lagi—

Perdebatan antara Sakura dan Sasori pun terus berlanjut. Sampai akhirnya terdengar suara pintu yang dibuka, keaadaan kelas pun hening sementara.

“Lihat, mereka sudah kembali ‘kan.” Ucap Sasori pada Sakura. Sakura hanya menghela napas lega. Terlihat di ujung pintu Sasuke dan  Hinata sedang tertawa bersama, mereka berdua berjalan beriringan menuju bangku mereka dengan masih melanjutkan obrolan mereka.

Saat sudah duduk di bangku mereka tetap melanjutkan obrolannya. Terkadang mereka akan tertawa bersama, bahkan Sasuke kadang mengacak-acak rambut Hinata dan Hinata memukul pelan bahu Sasuke. Sakura yang sedari tadi menatap Sasukepun diacuhkan oleh pemuda itu. Setiap Sakura ingin memanggil Sasuke, tepatnya saat Sakura akan membuka mulut untuk mengeluarkan suaranya, Hinata langsung mengajak Sasuke bicara sampai akhirnya mereka berdua asyik oleh dunia mereka sendiri.

Sakura merasa ada sesuatu yang aneh dengan perasaannya. Entah, ia sendiri juga bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Ia merasa sedih? Kesepian? Atauu.. kehilangan? Tapi kenapa?. Bukankah semuanya baik-baik saja? Sasuke hanya sedang mengobrol dengan Hinata dan pemuda itu juga... -mengacuhkannya? Tidak, tidak.. ini hanya perasaan Sakura saja. Gadis merah muda itu menggelengkan kepalanya sebentar, kemudian ia mengambil ipadnya dan memainkannya. Membiarkan sahabat sejak kecilnya berbincang-bincang dengan gadis lavender itu.

Melihat Sakura yang sudah menyerah untuk mengajak Sasuke bicara, gadis dengan iris bak kolam mutiara itu pun menyeringai kecil sepersekian detik. Kemudian ia melanjutkan obrolannya dengan Sasuke.

.

.

.


Takdir yang mempertemukan kita

Juga takdir yang mempertemukan kita dengan mereka

Semuanya telah berjalan dengan apa yang semestinya terjadi

Tetapi..-

-akankah takdir tega memisahkan kita berdua?

Apabila memang sudah takdir kita untuk terpisah

Apakah aku boleh berharap..-

-agar kita selalu bersama?

.

.

.

To be Continued